Selasa, 12 April 2016

17.57

Agen Poker Online - Tiada yang lebih berharga di dunia ini selain kasih sayang dari orang tua. Sesulit apapun yang dihadapi, orang tua akan selalu berjuang untuk anak-anaknya tanpa mengharapkan imbalan apapun. Cinta dan pengorbanannya yang begitu besar tidak akan bisa kita balas dengan apapun.



Ibuku dulu merupakan seorang cacat dan Ayahku pun bukanlah seorang yang kaya. Bahkan untuk meminang wanita pun beliau tidak mampu. Tidak ada seorangpun juga yang mau menikah dengan Ayahku.

Pada suatu hari, Ayahku bertemu dengan Ibuku dan merasa kasihan melihatnya. Beliau mengajak Ibuku pulang ke rumah. Pada awalnya nenekku tidak membiarkan Ibuku menginjakkan kaki ke dalam rumah. Nenek bahkan berkata kepada Ayahku,

"Kamu lihat dia! Lihat saja sudah tahu kalau dia ini orang cacat!"

Ayahku yang tidak rela menelantarkan Ibuku pada saat itu pun membiarkannya tidur di kandang hewan dan memberikan selembar selimut supaya beliau tetap hangat.


Setelah Ibuku merasakan kebaikan dari Ayah, beliau merasa ada sesuatu yang bisa dilakukannya. Keesokan harinya setelah bangun tidur, Ibuku membersihkan kandang, menyapu dan melakukan pekerjaan rumah yang bisa beliau lakukan.

Akhirnya Ayahku berkata kalau beliau ingin hidup bersama dengannya. Nenek yang awalnya tidak setuju, akhirnya dengan terpaksa menyetujui hubungan ini sembari berpikiran, "Biarlah dia melahirkan anak dahulu, kemudian saya akan mengusirnya dari rumah ini."

Nenekku yang sering memarahi Ibu mungkin menjadi salah satu alasan mengapa Ibuku menjadi sering melakukan kesalahan. Tidak sedikit piring dan mangkuk yang tidak sengaja dipecahkan. 

Tidak hanya itu, Ibu yang saat itu sedang mengandung aku, hampir membuat nenekku marah besar.

Pada awalnya nenekku ingin supaya anak yang ada di perut Ibu yang juga adalah aku, diaborsi. Untung Ayahku bersikeras supaya aku bisa dilahirkan. Namun Ibuku tidak pernah bisa menjaga anak.

Pernah suatu kali aku dicubit sampai hampir terluka. Karena alasan ini jugalah aku dibesarkan oleh nenek. Nenek sering berkata padaku, "Jangan pernah berbicara dengan wanita gila itu."

Aku yang masih kecil dan tidak mengerti apapun sering ditertawakan oleh teman-temanku yang lain. Sepulangnya ke rumah, aku memarahi Ibuku.


"Kamu tahu nggak apa panggilan orang lain buatku? Mereka mengataiku setengah gila! Mengejekmu wanita cacat! Kenapa sih dulu kamu nggak membiarkanku diaborsi saja?!"

Aku bahkan sempat beberapa kali melemparinya dengan batu. Suatu kali saat aku benar-benar emosi, aku mengambil sapu dan memukulinya. Bahkan di saat seperti ini, Ibuku hanya tertawa seperti seorang anak kecil yang diajak bermain.

Perlahan-lahan Ibuku tampaknya mulai mengerti bahwa aku tidak berharap beliau berada terlalu dekat denganku. Jika kami keluar rumah bersama-sama, Ibuku akan menjaga jarak sehingga kami tidak berjalan terlalu dekat.

Hal ini berlangsung sesampainya usiaku memasuki jenjang kuliah. Ketika aku akan meninggalkan rumah untuk merantau dan menempuh pendidikanku, Ibu memberiku sebuah kantung berwarna hitam yang didalamnya berisi banyak sekali uang logam yang berharga dan tampak lusuh.

Melihat ini, aku pun mulai menangis. Aku mulai berpikir kembali tentang masa lalu dimana aku menghina dan menyakiti Ibuku. Aku merasa tidak layak...

Seusai menempuh pendidikanku, layaknya wanita biasa, aku bertemu dengan seorang pria yang mencintaiku. Keadaan keluarganya sangat baik seperti keluarga pada umumnya.

Pada saat pria ini  ingin meminangku, mereka baru  mengetahui keadaan keluargaku, dan Ibuku yang cacat. Orang tua dari pacarku ini menolak pernikahan kami, namun dia bersikeras ingin menjalankannya.

Sesampainya di hari pernikahan, aku merasa perbuatan-perbuatanku di masa lalu terhadap Ibu benar-benar tidak layak. Di upacara pemberkatan, orang tua dari pacarku berkata pada Ibu,

"Hei gila, kalau kamu berlaku seperti anjing, semua orang akan memberikan ucapan berkat untuk anakmu." 

Ibuku melakukannya...

Melihat hal ini, aku pun sangat marah, lalu mengangkat Ibuku dari lantai, mencium dahinya dan berkata,


"Ma, kita pulang aja ya. Pernikahan ini dibatalkan."