Minggu, 17 Juli 2016

17.30

Agen Poker Online -  Tukang intip (Voyeur) adalah orang yang mendapat gairah dengan menyaksikan sesuatu yang bersifat privat. Terkadang mereka terpuaskan dengan membicarakan atau menuliskan khayalan tertentu, terlebih perihal mengintip.



Ahli psikologi sudah lama menemukan benang merah antara penyimpangan seksual dengan voyeurisme. Tapi bukan hanya urusan seksual saja, karena sejumlah pengintip malah melangkah lebih jauh seperti membunuh.

Berikut ini adalah kasus tukang intip fenomenal yang menghebohkan dunia :


1. Dr. Stanley Dobrowolski


Kejahatan yang dilakukan oleh Dr. Stanley sangat memalukan bagi Western University, Ontario, Canada, sehingga pihak universitas merasa wajib meminta maaf atas "trauma dan kepedihan" para korban.

Dr. Stanley bekerja di universitas tersebut selama 2 dekade hingga akhirnya dituduh melakukan serangan seksual. Antara tahun 1985 dan 1994, pegawai layanan kesehatan mahasiswa itu dituduh melakukan hal yang tidak pantas oleh sejumlah mahasiswi.

Pernyataan maaf pihak sekolah tidak mengungkapkan secara jelas tentang pelanggaran yang telah terjadi, namun diduga ahli psikiatri sebagai bentuk voyeurisme tertentu.

Secara khusus, sewaktu melakukan praktik privat, ia diduga merekam 9 pasien wanita, kemungkinan besar sewaktu pemeriksaan jasmani. Bahkan sebelum peradilannya pada 2014, ia telah memiliki reputasi perilaku tidak profesional.

Pada tahun 2004, College of Physicians and Surgeons of Ontario mendapati Stanley bersalah telah menyentuh dan memeluk beberapa pasien wanita tanpa izin. Yang lebih menghebohkan adalah tuduhan bahwa ia terlibat dalam hubungan seksual dengan beberapa pasiennya.

Ketika polisi mendapat akses ke dalam komputer pribadi tersangka, didapati sejumlah konten pornografi anak di dalamnya, bahkan ada hasil karyanya sendiri. Sekarang Dr. Stanley sedang menjalani hukuman 4 tahun penjara.


2. Kasus Terbesar di London


Menurut Metropolitan Police, seorang ayah beranak satu, warga India bernama George Thomas adalah tukang intip terburuk dalam sejarah kota itu.

Sejak tahun 2009, selama 6 tahun lamanya, Thomas merekam lebih dari 3.500 orang secara diam-diam atau tanpa izin. Sejumlah korbannya adalah anak-anak dan bayi.

Bukan hanya itu, Thomas bahkan termasuk seorang tukang sadap yang parah dan telah menempatkan alat perekam di mana-mana, mulai dari kamar tidur dan kamar mandi rumahnya sendiri hingga kamar mandi umum di seluruh London.

Kebanyakan hasil rekaman ini disimpan dalam komputer miliknya dan kemudian dipergunakan untuk memuaskan dorongan seksualnya.

Kegemaran anehnya tidak terendus polisi hingga akhirnya pada Maret 2015, seorang rekan kerja wanitanya di Ernst & Young memergoki adanya alat perekam dalam ruang bilas perusahaan. Waktu itu George masih bekerja disana.

Polisi kemudian menggeledah lemari penyimpanan milik George di fasilitas ruang kebugaran perusahaan dan mereka menemukan dua kamera serta sebuah memory stick yang berisi foto-foto tidak senonoh. Pada Desember 2015, George dituntut hukuman 4 tahun penjara.


3. Pedofil Sadis


Dari sekedar mengintip menjadi pembunuh. Itulah yang dilakukan Joshua Komisarjevsky bersama dengan rekannya Steven Hayes. Kasus ini menjadi tamparan bagi sistem peradilan AS yang gagal menanggapi ancaman-ancaman serius.

Di suatu subuh pada tanggal 23 Juli 2007, Joshua dan Hayes memasuki sebuah rumah milik Dr. William Petie di Cheshire, Connecticut. Setelah habis menghajar Dr. Petit, mereka menemukan Jennifer Hawke Petit, istri korban bersama dengan dua putrinya, Michaela (11) dan Hayley (17).

Joshua dan Hayes berniat mencari sesuatu yang berharga dari dalam rumah, tapi Jennifer mengaku tidak ada uang dalam jumlah besar sebelum pagi menjelang.

Pagi itu para tersangka kemudian membawa Jennifer ke sebuah bank. Kamera pengawas bank merekamnya menarik uang ribuan dolar dari rekeningnya, tapi ternyata kejahatan itu belum selesai karena kemudian Joshua dan Hayes melanjutkan menyiksa keluarga Petit hingga 7 jam lamanya.

Dalam kesempatan itu, mereka memperkosa dan membunuh Michaela yang masih di bawah umur. Kemudian bersama-sama menyebarkan bensin ke seluruh rumah dan membakarnya. Yang mengagetkan, saat itu polisi sedang berjaga di luar, dekat rumah Petit, tapi tidak melangkah masuk.

Setelah Joshua dan Hayes diringkus tidak jauh dari kediaman Petit, para penyidik menguak bahwa Joshua sudah mengincar keluarga Petit setelah melihat Jennifer dan Michaela di toko grosir.

Joshua yang diduga seorang pedofil, memutuskan untuk menguntit Jennifer karena tergiur melihat Michaela. 

Belakangan, dokumen polisi dan pengakuan para tersangka mengungkapkan bahwa sebelum melakukan pembunuhan itu, Joshua kerap menerobos memasuki rumah-rumah warga hanya untuk mengamati orang tidur.

Ia bahkan mengaku kadang-kadang menggunakan alat bantu penglihatan malam (night vision) dan diam-diam mengamati pasangan-pasangan sedang tertidur pulas.


4. Mahasiswa Pengintip


Anuj Parekh (20) yang berasal dari Mumbai, India, dituduh sebagai seorang tukang intip yang aktif.

Awalnya polisi memperhatikan mahasiswa Virginia Tech itu memasuki apartemen kosong di Terrace Apartment di Blacksburg, Virginia. Polisi kemudian mendapati bahwa tersangka telah membuat rentetan lubang.

Satu rentetan lubang di dinding, yang lainnya di lantai. Lubang-lubang itu dibuat tersamar sedemikian rupa supaya ia bisa mengamati tetangga-tetangganya.

Selain mesin bor, polisi juga menemukan sebuah laptop dan beberapa hard drive. Setelah temuan pada Maret 2016 tersebut, polisi mengajukan 6 tuduhan kepadanya, antara lain perampokan, pengintipan dan perusakan properti.

Ternyata bukan hanya Parekh yang berbuat demikian. Banyak yang tertangkap setelah investigasi besar-besaran setelah maraknya kasus intip-mengintip di kampus.



5. Pemuka Agama Mesum


Pendeta, pastor, imam dan rabbi selayaknya menjadi orang-orang yang dapat dipercaya tanpa ragu. Tapi tidak sedikit kasus penistaan seksual yang dilakukan oleh pemuka agama utama dalam beberapa dekade terakhir.

Contohnya Rabbi Barry Freundel dari sinagoga Kesher Israel yang terletak sekitar kampus Georgetown di Washington, DC. Pada tahun 2015, ia mengaku bersalah telah merekam kaum wanita ketika sedang berganti baju di dalam ruang pemandian Yahudi.

Secara keseluruhan, Barry telah secara rahasia merekam 52 wanita selagi mereka mempersiapkan diri untuk mikvah, yaitu ritual pemandian suci bagi kaum Yahudi Orthodoks. Untuk itu, ia diganjar hukuman 6,5 tahun penjara.

Pada musim panas 2015, Barry mengajukan banding dengan landasan telah melakukna satu kejahatan voyeurism saja, bukan 52 seperti yang didakwakan sebelumnya.

Pada bulan Juli, seorang hakim federal di Washington DC menetapkan dakwaan sebelumnya dan bahkan mengirim Barry ke penjara federal untuk menjalani sisa masa hukumannya.

Tapi ada kejutan tak terduga, seorang pria bernama Jeffrey Shulevitz menulis di The Jewish Daily Forward dan berpendapat bahwa Barry tidak sepantasnya dipenjara dalam ruang tahanan perorangan. Padahal istrinya sendiri termasuk salah satu yang masuk dalam rekaman sang Rabbi.

Beberapa orang dalam kalangan Yahudi di kota itu bahkan mengumumkan pengampunan bagi Barry atas tindakan-tindakannya tersebut.


6. Kejahatan Masa Lampau


Kasus Jonathan Scott Graham sekaligus membongkar misteri kejahatan yang terjadi belasan tahun sebelumnya.

Pada tanggal 16 Agustus 1986 malam, warga Edmond, Oklahoma, bernama Gary Dale Larson, diserang orang tak dikenal. Larson ditikam hingga 24 kali di dada dan perut ketika sedang keluar kamar untuk memeriksa suara-suara gaduh.

Beberapa saat kemudian, pasangannya menyusul untuk memeriksa dan memergoki seorang pria asing berdiri di dalam rumah. Pria itu kemudian memperkosa wanita itu selama 3 jam di bawah ancaman sebilah pisau. Setelah selesai, sang penerobos mengikat wanita itu dengan tali dan mengurungnya dalam sebuah lemari.

Selama beberapa dekade, kasus ini seperti hilang bak ditelan bumi. Hingga 18 tahun kemudian sesudah insiden tragis tersebut, alat pemindai gerakan (motion sensor) di kediaman warga Edmond bernama Scott Eggleston berbunyi. Ia memergoki Graham berada di kediamannya.

Pada 5 April 2004, polisi menahan Graham karena kejahatan terkait mengintip. Ia didakwa karena memata-matai banyak orang di 1.200 blok sepanjang jalan Pepperdine Avenue yang terletak hanya satu blok dari bekas rumah Gary Larson, korban pembunuhan 1986 lalu.

Ketika polisi membandingkan jejak-jejak kaki Graham dengan jejak yang ditemukan di tempat kejadian perkara tahun 1986 lalu, polisi mendapatkan kesamaan dan kecocokan.

Dengan bukti memberatkan ini, pada Januari 2005, Graham didakwa dengan pembunuhan tingkat satu dan dituntut 3 kali hukuman seumur hidup tanpa ada kesempatan mengajukan pengampunan.