Jumat, 14 Oktober 2016

18.35

Agen Situs Online - Letusan gunung berapi Krakatau pada tahun 1883 menjadi salah satu letusan paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah yang menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa serta tsunami yang dihasilkan.



Seorang editor koran Boston Globe bernama Edward Samson, berjalan kembali ke kantornya waktu malam hari dengan kondisi terhuyung-huyung pada tanggal 10 Agustus 1883.

Saat itu sudah tidak ada orang lagi di kantornya karena semua karyawan sudah pulang semua. Ia pun lalu berbaring di sofa yang ada dan tertidur.

Saat jam di dinding menunjukkan pukul 03.00, Edward terbangun dari tidurnya setelah mengalami mimpi buruk. Ia merasakan dadanya berdebar dengan kencang dan nafas terengah tidak teratur.

Mimpi buruk yang membangunkannya masih terasa sangat nyata. Ia masih dapat mendengarkan teriakan histeris dan pilu orang-orang yang berlari ketakutan di dalam mimpinya tersebut.

Di dalam mimpinya, ia menyaksikan sebuah pulau tenggelam ke dalam lautan karena letusan sebuah gunung yang sangat dahsyat dan menimbulkan gelombang tsunami raksasa.


Abu vulkanik pekat membubung tinggi ke langit beserta seluruh isi dalam gunung yang berhamburan keluar menjadi pemandangan yang sangat mengerikan bagi dirinya.

Tak menunggu lama, Edward kemudian berdiri dan langsung berjalan menuju meja kerjanya. Kemudian ia mengambil sejumlah kertas lalu menuliskan pengalaman mengerikan yang terjadi di dalam mimpinya itu.

Setelah selesai menuliskan pengalaman mimpinya itu, ia pun lalu pulang kembali beristirahat menuju rumahnya.

Pagi harinya, seorang editor lain yang juga bekerja di Boston Globe, datang lebih awal. Ia tak sengaja menoleh ke arah meja kerja Edward dan menemukan tulisan yang dibuat waktu malam sebelumnya.

Editor tersebut pun mulai membaca dan mengira tulisan Edward itu benar-benar terjadi di suatu tempat. Kemudian ia lantas memutuskan untuk mempublikasikannya tanpa pemberitahuan kepada Edward.

Ternyata berita tersebut membuat banyak orang benar-benar terkejut tak percaya. Ulasan mengenai gempa bumi dahsyat yang melenyapkan sebuah pulau (akhirnya diketahui bernama Pralape) tersebar ke seluruh dunia melalui telegram.

Reaksi beragam pun mulai banyak berdatangan ke kantor berita tersebut. Banyak yang meminta informasi lebih akurat perihal 'kiamat kecil' yang menewaskan puluhan ribu jiwa itu.

Redaksi kantor berita tersebut mulai mencari letak Pulau Pralape yang dikabarkan berada di Samudera Hindia. Namun, pada akhirnya tidak ditemukan dimanapun letak pulau misterius tersebut.


Boston Globe mulai berpikir bahwa mereka telah melakukan kekeliruan. Mereka menerbitkan sebuah artikel yang berisi permohonan maaf dan juga menyatakan bahwa berita gempa dahsyat sebelumnya itu tidak benar.

Namun, hal mengejutkan terjadi setelah beberapa hari dari klarifikasi pihak Boston Globe. Tepat pada tanggal 27 Agustus 1883, gunung Krakatau yang terletak di Samudera Hindia meletus.

Letusan dahsyat gunung Krakatau tersebut setara dengan kekuatan 150 Megaton TNT, 10 ribu kali lebih kuat dari bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki pada PD II.

Letusan Krakatau itu juga memicu bencana alam lainnya seperti menimbulkan gelombang tsunami setinggi 40 meter. 

Peristiwa itu tercatat sebagai bencana yang paling mematikan sepanjang sejarah dengan total korban jiwa yang meninggal mencapai 36.417 orang.

"Beberapa tahun berikutnya, baru diketahui bahwa Krakatau mempunyai nama lain dua abad sebelumnya. Ia dikenal juga dengan nama Pralape," demikian sepotong artikel yang dimuat surat kabar Gadsden Times, 7 Oktober 1966.

Kisah mengenai ramalan bencana tersebut berulang kali menjadi topik di media massa dan buku-buku saat itu. Salah satunya adalah Dream ESP yang menuliskan tentang kekuatan pikiran karya Carl Llewellyn Weschke.




Banyak peneliti mencoba menguak kebenaran misteri tersebut. Mereka mencari informasi terkait kebenaran cerita pengalaman Edward Samson yang pernah dipublikasikan itu.

Faktanya, gunung Krakatau meletus memang benar terjadi pada tahun 1883. Boston Globe pun juga dibenarkan merupakan kantor berita Amerika Serikat yang pertama kali beroperasi pada tahun 1872.

Yang anehnya, hasil pencarian mereka di arsip kantor berita tersebut mengenai Pulau Pralape tidak pernah ditemukan sampai sekarang.