Senin, 09 Mei 2016

05.11

Agen Poker Online - Bulan Februari 57 yahun yang lalu di bagian utara Ural, menjadi tuan rumah dari salah satu misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini. Misteri tersebut dikenal oleh masyarakat luas sebagai Insiden Dyatlov Pass.



Peristiwa ini berawal dari sepuluh orang yang melakukan pendakian ke pegunungan Ural, dimana selanjutnya ditengah perjalanan yang sulit dan cuaca yang mencapai -30 derajat Celsius, sembilan diantaranya tewas dengan mengenaskan.

Rincian peristiwa yang dialami oleh sepuluh pendaki itu, sebagian besar didasarkan pada buku harian mereka yang terlibat mencari para korban serta catatan dari para peneliti soviet.

Pada malam tanggal 2 Februari 1959, para pendaki ini tampaknya merobek tenda mereka dari dalam, dan bergerak ke area pepohonan tanpa mengenakan apa-apa kecuali apa yang mereka kenakan saat mereka tidur.


Tiga minggu kemudian, lima mayat ditemukan oleh tim pencari, ratusan meter menuruni lereng dari kamp dimana para korban bermalam.

Butuh waktu dua bulan lagi bagi para pencari untuk menemukan empat mayat lainnya. Anehnya, ke-empat mayat tersebut memakai pakaian milik teman mereka yang mayatnya telah ditemukan sebelumnya.

Setelah diselidiki lebih lanjut, pakaian tersebut terkena radiasi tingkat tinggi, disamping trauma internal yang berat, termasuk tengkorak retak dan patah tulang rusuk yang dialami oleh beberapa anggota pendaki tersebut.

Penyelidik Rusia ( Uni Soviet saat itu) melaporkan bahwa mereka tidak bisa menemukan bukti tindak pidana dan dengan cepat menutup kasus ini.


Awal Mula Terjadi Peristiwa Misterius Yang Menimpa Para Pendaki


Kelompok pendaki ini terdiri dari mahasiswa dan alumni dari Ural State Technical University, yang semuanya sangat berpengalaman dalam hal ekspedisi dan pendakian.

Ekpedisi yang dipimpin oleh Igor Dyatlov (23) ini, dimaksudkan untuk mengeksplorasi lereng gunung Otorten di bagian utara dari pegunungan Ural. yang dimulai pada tanggal 28 Jauari 1959.

Yury Yudin ( satu-satunya anggota ekspedisi yang selamat ) jatuh sakit sebelum mereka berhasil sepenuhnya masuk ke pedalaman, dan tetap tinggal di desa terakhir yang mereka lalui.


Sembilan lainnya melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki. Kelompok Dyatlov ini mendirikan tenda di sore hari tanggal 2 Februari di lereng gunung Ortoten.

Gunung yang mereka daki ini dikenal sebagai Kholat Syakhl oleh masyarakat lokal, suku Mansi, yang memiliki arti "Gunung Kematian".

Keputusan mereka untuk berkemah di lereng gunung dianggap tidak masuk akal. Kelompok ini dilaporkan hanya sekitar satu mil dari pepohonan, dimana mereka bisa menemukan setidaknya sedikit perlindungan dalam kondisi di bawah nol derajat celcius.

Mereka tampaknya tidak ingin membuang waktu, dan mendirikan tenda di lereng gunung daripada di dalam hutan yang berada lebih di bawah.

"Dyatlov mungkin tidak ingin kehilangan waktu mereka yagn terbatas, atau ia memutuskan untuk berlatih berkemah di lereng gunung," kata Yudin kepada St Petersburg Times pada tahun 2008.

Dyatlov sebelumnya mengatakan bahwa timnya direncanakan akan kembali pada tanggal 12 Februaru tahun itu, tetapi juga bisa memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan.

Setelah dirasa cukup lama tidak ada kabar dari tim ekspedisi tersebut, maka sekitar tanggal 20 Februari kemudian dilakukan pencarian oleh sekelompok tim pencari.


Pada tanggal 26 Februari, bekas tenda mereka ditemukan oleh tim relawan penyelamatan (tim SAR), yang masih dipenuhi dengan semua pakaian dan seluruh peralatan mereka.


Ketika penyelidik resmi tiba, mereka mencatat bahwa tenda telah dirobek dari dalam dan menemukan jejak-jejak kaki dari delapan atau sembilan orang meninggalkan tenda yang mengarah ke lereng bawah ke arah pepohonan.

Menurut penyelidik, sepatu dan peralatan para pendaki tertinggal dan jejak kaki mereka mengisyaratkan beberapa orang bertelanjang kaki atau tidak memakai apapun kecuali kaus kaki.

Dengan kata lain, mereka semua tergesa-gesa keluar dari tenda dan berlari melalui salju yang sedalam lutut. Anehnya tidak ada bukti bahwa ada orang lain atau rencana jahat diantara para pendaki.

Dua mayat pertama ditemukan di pepohonan, dibawah pohon pinus besar, yang jaraknya sekitar satu mil jauhnya dari tenda mereka.

Penyelidik menulis bahwa jejak kaki menghilang sekitar sepertiga jalan menuju ke tempat dua mayat ini, meskipun hal ini bisa saja terjadi mengingat cuaca serta waktu selama tiga minggu yang dibutuhkan bagi penyidik untuk tiba di tempat kejadian.

Dua mayat ini ditemukan hanya mengenakan pakaian dalam mereka dan keduanya bertelanjang kaki. Menurut laporan, cabang-cabang yang patah di pohon tersebut menunjukkan bahwa ada orang yang mencoba untuk memanjatnya, juga terdapat sisa-sisa api didekatnya.

Tiga mayat lagi, yang salah satunya adalah Dyatlov, ditemukan terbaring di tempat antara tenda dan pohon pinus besar tersebut, dan seolah-olah menunjukkan jika mereka ingin kembali ke tenda.

Penemuan aneh lainnya ditemukan pada mayat Rustem Slobodin, tengkoraknya retak meskipun dokter menyatakan itu diakibatkan oleh kejadian non -fatal.

Investigasi kriminal pun ditutup setelah dokter memutuskan kelimanya meninggal karena diakibatkan oleh hiportemia.

Dua bulan telah berlalu, empat mayat yang tersisa kemudian berhasil ditemukan di bawah salju setebal 4 meter di sebuah liang beberapa ratus kaki di bawah lereng dekat pohon pinus besar tersebut.

Dibandingkan lima mayat yang telah ditemukan sebelumnya, kondisi ke-empat mayat ini lebih mengerikan, Ke-empatnya mengalami kematian traumatis, meskipun tidak ditemukan adanya trauma luar atau luka luar.

Nicolas Thibeaux dan Brignollel ditemukan dengan kondisi tengkoraknya retak, sedangkan Alexander Zolotariov dan Ludmila Dubinia ditemukan dengan lidah dan mata mereka yang hilang serta tulang rusuk hancur.

Ada kemungkinan bahwa empat orang ini mencari bantuan dan kemudian jatuh ke dalam liang. Tapi itu tidak bisa menjelaskan bagaimana lidah dan mata Dubinia dan Zolotariov yang hilang.

Beberapa orang pada saat itu berpendapat bahwa para pendaki ini telah diserang oleh suku Mansi, namun laporan koroner pada saat itu menyatakan bahwa untuk membuat trauma seperti yang ditemukan pada korban, dibutuhkan kekuatan lebih besar dari kekuatan manusia, terutama mengingat tidak ada trauma luar yang ada.

"Itu sama dengan efek dari kecelakaan mobil", kata Boris Vozrozhdenny, salah satu dokter pada kasus ini menurut dokumen yang dibuka kembali oleh Times.

Dan anehnya lagi, empat mayat yang ditemukan terakhir ini memakai pakaian dan peralatan lebih lengkap daripada lima mayat yang ditemukan sebelumnya.

Kemungkinan mereka mengambil pakaian dari teman mereka yang mungkin telah meninggal sebelumnya , dan kemudian melanjutkan perjalanan tanpa tujuan.

Zolotariov misalnya, ditemukan sedang mengenakan mantel dan topinya Dubinia, sedangkan Dubinia sendiri, kakinya terlilit potongan celana wol dari yang dipakai oleh temannya, yang mayatnya ditemukan di dekat pohon pinus.

Lebih anehnya lagi, pakaian yang dikenakan oleh keempat orang tersebut mengandung radioaktif.

Peneliti utama insiden ini, Lev Ivanov, juga mengatakan betapa aneh dan misteriusnya kasus ini. Ivanov adalah orang pertama kali menemukan bahwa tubuh dan pakaian yang ditemukan mengandung radioaktif.

Ia juga mengatakan bahwa Geiger Counter ( detektor radiasi ) yang dibawanya berbunyi "menggila" di lokasi sekitar perkemahan.

Di saat yang hampir bersamaan, juga ada laporan bahwa "bola terbang terang" telah dilaporkan di daerah tersebut pada bulan Februari dan Maret.

Sekelompok siswa yang kebetulan berkemah sekitar 30 mil dari kelompok Dyatlov, melaporkan penampakan serupa di waktu itu.

Salah satu siswa mengatakan bahwa ia melihat "obyek melingkar bersinar" terbang di atas desa dari barat daya ke timur laut. Cakram bersinar itu terlihat seukuran bulan purnama, bercahaya putih kebiruan dikelilingi oleh lingkaran cahaya biru.

Lingkaran cahaya biru tersebut berkelebat seperti kilatan petir. Ketika obyek tersebut menghilang di balik cakrawala, langit menyala terang di tempat itu selama beberapa menit.

Adapun teori yang menyebutkan bahwa kelompok Dyatlov menjadi ajang pengujian teknologi militer Soviet setelah dilihat dari penampilan beberapa mayat yang dilaporkan terlihat "sangat kecoklatan". Akan tetapi, teori ini tetap tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan trauma pada mereka.

Ada kemungkinan bahwa salah satu anggota melihat beberapa cahaya yang menakutkan di langit dan semua orang panik kemudian lari. Tapi tidak pernah ada bukti ledakan yang terjadi di lokasi itu, yang mengesampingkan teori semacam uji coba nuklir atau sejenisnya.

Fakta bahwa sisa-sisa api yang ditemukan, menunjukkan bahwa beberapa pendaki masih memiliki kontrol terhadap emosi mental mereka dan psikosis memang bukanlah efek dari paparan radiasi. Tetapi tetap saja itu tidak dapat menjelaskan mengapa para pendaki tersebut berjalan tanpa membawa peralatan apapun.

Dikarenakan kurangnya bukti dan kejelasan dari penyelidikan awal, maka kasus ini pun ditutup dengan cepat. Hal ini pula yang membuat insiden tersebut sebagai target favorit dari teori konspirasi dan para pemburu alien. Dan memang insiden ini benar-benar aneh dan misterius.